Selamat datang di Kawasan Penyair Jawa Timur Terima kasih atas kunjungan Anda

Jumat, 10 Desember 2010

Monik bismono


Kelahiran malang, 27-agustus , dalam berteater dan tulis-menulis sering menggunakan nama wien.monik atau Moniqoe Wienz Mulai menulis puisi ketika masih SMP hingga sekarang. Puisi-puisinya banyak dipublikasikan di media Face Book. Disamping puisi dan teater juga senang membaca puisi dan menyanyi. Pernah tergabung dalam kelompok theater,kegiatan sehari-hari dulunya sebagai singer,dengan berjalannya waktu,kegiatan di atas panggung beralih posisi lebih banyak berada di belakang layar. Ibu dari 2 orng anak,putra dan putri (tetapi mereka sudah mandiri ),sehingga lebih banyak waktu luang untuk mengekspresikan kreatifitas dalam berpuisi.
Sekarang berdomisili di jl. danau semayang blok E1/F.16 Sawojajar-malang 65138 (phone:081334854060) bekerja sebagai E O (Event Organizer)


Puisi Pendek Berupa Haiku

Senja Memerah, Hatiku Resah

Aku terdiam
duduk di bangku taman
bayangmu datang

tawarkan asa
pada secawan anggur
bernoktah bimbang

aku tertawan
hati jatuh terjengkang
luka meradang

senja memerah
raga merebah pasrah
dilamun resah

rasaku pilu
melayu bunga rindu
ditawan ragu

kaki tak sanggup
mengejar bayang semu
menembus waktu

kau berlalu
patahkan ranting jiwa
tinggalkan duka.

KOTA DINGIN; 17-03-2011


DURJANA BERTOPENG BATARI DURGA

Bersilat lidah bukanlah menabur umpan
pengenyang perut si burung gagak
meski busuk aroma menebar bunga bangkai
tak kunjung puas mata jalang menelanjang ruang
mengaisi setiap inci isi lemari terkunci
bau anyir terjabar di ujung pisau kata
menerobos pintupintu menoreh sayatan luka
tereja tanpa makna,tanpa logika
karna batok kepala pecah bernokhtah nanah
seribu wajah terjelma merasuki topeng batari durga
mengundang jiwa moksa dilarung sang kala
bangkitkan tidur lelap angkara murka
sungguh durjana tak bermuka manungsa
menanam malapetaka di padang kurusetra.

KOTA DINGIN; 2-12-2010


KUTIRAHKAN HATI PADA SEPI NASTITI

lembarlembar daun penatku berguguran
merebah pada lembab tanah basah
bukan luruh karna ranting tlah patah
hanya ingin kutirahkan barang sejenak
dari meriuhnya kibasan angin yang menyinggah
bersemayam pada ruang sepi nastiti
andai wangi kemuning tersangkut di pucuk cemara
ingin kuraup setangkup kularung di cawan raga
kujadikan peluruh sukmaku agar diam terlelap
tak lagi terjaga hanya karena terpercik bara
biar kupatri mati semburat kata yang ingin mencuat
tak guna tepian bibir ditanam sinis sumpah serapah
karena benih tumbuh membakar semak petaka
menista diri tenggelam di lautan emosi
bagai menangkap gumpalan bola api.

KOTA DINGIN; 2-12-2010


KARENA AKU BUKAN PELAKON SANG DAYANG SUMBI

Pada temaram langit malam
paras rupawanmu tergambar samar
hatiku berdenyut-denyut rasa tercabut
karna senyummu mengepak-ngepak sayap
ingin kutelanjangi tubuh malam
agar kelambu kabut tak menghalang kasat pandang
nanar mata sayuku yang lelah dibebat rindu
ketika jendela hatimu sungguh tersingkap
seketika lesu hatiku mengelabu
bahkan bibirpun kelu membisu
dirasaku tak lagi sanggup menadah rayumu
meski jika engkau tau itu yang aku mau
namun langkah mengajakku mengelak
manakala segenap malu mendulang angan
biarkan bahteramu melayari lautan hatiku
tanpa melepas sauh bersandar di dermaga
aku bukan pelakon sepenggal legenda sangkuriang
gambaran seikat janji menjerat kaki sang dayang sumbi.

KOTA DINGIN; 23-11-2010


KULARUNGKAN SEGALA KISAH,KARENA AKU TLAH KALAH

Tlah kularung bongkahan cerita yang tersimpan pada peti benak
agar segala kisah melesat lenyap bagai anak panah yang terlepas
cerita berlagu tentang asmara sang pujangga
bukanlah hikayat yang runtuh bagai kayu lapuk
keropos dimakan rayap-rayap tak bersayap
isi otakku bukan benda mati yang mudah terkontaminasi
karna nalar yang tercerna bukan sekedar igauan tak bernaluri
roh jiwaku terlalu suci untuk dijadikan tumbal altar
setiap jengkal rasa coba kusemaikan di ladang liarmu
namun yang engkau tangkap hanya sebatas benih tanpa makna
lantas untuk apa menyinggah jika hanya menabur resah
bukankah sia-sia manakala dua jiwa tak menemu ujung arah
lajuku bukan angin yang menderu terpacu lugu
hingga engkau sanggup menggaru benih cemburuku
kini kukayuh nampan bahteraku melaju menjauh darimu
mengarungi samudera angan yang tak terpancang berlayar bimbang
biar kupandang elok kemilau sang rembulan yang setia menerang malam
lantas kupungut cahaya bintang kujadikan pijakan arahku berjalan
menembus kegelapan menyibak ranting-ranting hutan larangan
agar tapak kakiku tak lagi tersesat pada halusinasi fatamorgana
mendalang di pedalaman hatimu yang tak bernuansa
sungguh engkau bagai burung hantu yang sedang menyaru
meniru keciap kutilang mendendang syair seribu rayu
namun engkau keliru,kelopak bunga rinduku terlanjur melayu
karna waktu mengajakku berlalu,menanggalkan jubah nelangsa
aku tak mengumandangkan keluh kesah,meski ragaku merebah kalah.

KOTA DINGIN; 24-11-2010


LUKISAN EPISODE YANG HILANG

Di ketika langkah berpijak menoreh jejak
segala kecipak semburatkan percik cerita
mengendap diam sembunyi di lindap malam
bagai drupadi melarung karna putra dewata
tanpa tetabuhan pengiring nyanyian burung-burung
yang terbang ke timur kembali mengunci sarang
hanya pada derit gesekan tepi daun bambu
kulantunkan syair gurindam penawar racun dilara
agar renjana tak menyirna ditelan bibir masa
biar musim bergulir di pusaran yang membimbang
kuingin flamboyan tak sekedar peneduh kala melenguh
karena pada semburat merah jingga bunganya
kutitipkan setiap episode yang hilang dari ruang ingatan
mati terpatri dalam kanvas lukisan angan.

KOTA DINGIN; 14-11-2010


BUNGA CINTA DI JAMBANGAN BENING HATI

Selayar nafas cintaku berayun di samudera gairah
menyusuri sepanjang tepian lorong urat nadi
kembaranya merambah kegelapan hutan naluri
tanpa janji,tanpa emosi,tanpa gravitasi
hingga lajunya tak butuh garis ujung batas
ntuk sandarkan bahtera di pancang dermaga
segala kiprah bukanlah coretan yang terpatri
kubiarkan melaju mengikuti arah mata angin
kusintuhi,kunikmati lembut belaian di setiap jemari
yang menanting bunga rasaku di ladang persinggahan
suguhan seribu janji hanyalan buaian mimpi siang hari
bagai lampu aladin terhidang di ranah tak berkisah
dayung kukayuh bukan ntuk mencari yang tak kumiliki
aku sedang menikmati elok paras bunga cintaku
yang tak pernah melayu di jambangan bening hati.

KOTA DINGIN; 17-11-2010